Skip to main content

Sejarah Dan Makna Idul Adha (Hari Raya Qurban)

Idul Adha merupakan hari istimewa untuk agama Islam, Pasalnya hari ini sangat ditunggu-tunggu seluruh umat Muslim di dunia untuk memperingati hari raya kurban. Peristiwa yang umat Islam ingat mengenai dongeng Nabi Ibrahim A. S, yaitu dikala Nabi Ibrahim bersedia mengorbankan putranya Ismail untuk Allah SWT. Kemudian Ismail digantikan oleh Allah dengan domba.

Pada hari yang sangat istimewa ini, umat Muslim di seluruh dunia berbondong-bondong tiba ke masjid untuk melaksanakan sholat Ied. Tidak hanya di masjid saja sholat Ied bisa dilaksanakan, alasannya sholat Ied juga bisa dilakukan di tanah lapang.

Setelah sholat Ied selesai, umat Muslim melaksanakan penyembelihan binatang kurban. Hal ini dilakukan untuk memperingati perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti dari putranya Ismail.
 Idul Adha merupakan hari istimewa untuk agama Islam Sejarah Dan Makna Idul Adha (Hari Raya Qurban)
sumbersuko1.blogspot.co
Hari raya Idul Adha jatuh pada 10 bulan Dzulhijah, yaitu hari 70 hari sesudah perayaan Idul Fitri. Pusat perayaan Idul Adha yaitu pada sebuah desa kecil di Arab Saudi berjulukan Mina, posisinya akrab dengan Makkah. Di sini terdapat 3 tiang kerikil yang melambangkan Iblis, dan harus dilempari dengan kerikil oleh umat Muslim dikala mereka menunaikan ibadah Haji. Idul Adha juga mempunyai nama lain yaitu Idul Qurban atau Idulfitri Haji.

Umat Islam meyakini bahwa pusaka atau inti dari ibadah haji yaitu ketika wukuf di padang Arafah. Sedangkan Hari Arafah sendiri merupakan hari dimana jamaah haji melaksanakan wukuf di Arafah.

Seperti yang tertera dari sabda Nabi Muhammad SAW,
 “Ibadah haji yaitu wukuf di padang Arafah”.
(HR. AtTirmidzi, Al Baihaqi, Ibnu Majah, Ahmad, ad Daruquthni, dan al Hakim)

Dalam hadis yang pernah dituturkan oleh Husain bin al-Harits al Jadali berkata, bahwa amir Makkhah pernah memberikan khutbah kemudian berkata:

“Rasulullah SAW, telah berpesan kepada kami semoga kami menunaikan ibadah haji menurut ru’yat (hilalDzulhijah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik menurut kesaksian mereka."
(HR Abu Dawud, ad Daruquthni, dan al Baihaqi.)

Hadist tersebut menjelaskan bahwa pelaksanaan ibadah haji harus menurut pada hasil ru’yathilal 1 Dzulhijah, sehingga kapan Idul Adha dan wuqufnya sanggup ditetapkan. Pesan kedua dari Nabi kepada amir Makkah yaitu mengenai tempat dilaksanakannya untuk melaksanakan ru’yat. Apabila tidak berhasil, maka ru’yat orang lain, yang menyatakan kesaksiannya pada amir Makkah.

Saat Idul Adha, umat Muslim melaksanakan ibadah kurban. Kurban sendiri mempunyai praktik sendiri di banyak agama di dunia. Dan kurban tersebut sebagai tanda kesedihan si pemeluknya untuk menyerahkan sesuatu kepada Tuhannya.
 Idul Adha merupakan hari istimewa untuk agama Islam Sejarah Dan Makna Idul Adha (Hari Raya Qurban)
supramistik.wordpress.com


Makna Idul Adha


Para Nabi memperlihatkan bahwa kurban hanyalah satu bab dari dedikasi kepada Allah, yang harus disertai dengan moralitas serta kebaikan dalam diri manusianya itu sendiri.

Hari raya Idul Adha yang dirayakan umat Muslim di seluruh dunia menunjukan bahwa telah berakhirnya menunaikan ibadah haji di Makkah. Ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima untuk mereka yang mampu, dan menunjukan ibadah kurban telah dilaksanakan dan dibagikan kepada yang tidak mampu.

Ibadah kurban yaitu ibadah yang hanya boleh dilakukan dalam 4 hari, yaitu dari selepas khatib memberikan khutbah hingga sebelum terbenamnya matahari pada hari ke 13 Dzulhijah.

Dari segi bahasa sendiri kurban bermaksud dekat, manakala dari segi istilah berarti menjalankan perintah agama alasannya ingin mendekatkan diri kepada Allah.10 Dzulhijah sendiri bahwasanya merupakan insiden penting dimana Nabi Adam dan Hawa dikeluarkan dari syurga dan diturunkan ke bumi.

Pada hari raya Idul Adha, setiap umat Muslim disunnahkan untuk mengenakan pakaian yang bersih, rapi, cantik, serta menggunakan wewangian. Karena itu dikala Idul Adha telah datang, segeralah untuk senantiasa lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Setelah itu, setiap Muslim berbondong tiba ke tanah lapang atau masjid untuk melaksanakan ibadah sholat Ied. Apabila sholat Ied telah selesai, kambing, sapi, dan biri-biri yang dikorbankan akan disembelih. Barulah dibagi-bagikan kepada khalayak ramai terutama fakir miskin.

Hari raya juga disambut dikala umat Muslim menciptakan penziarahan ke Mekkah, yaitu mengunjungi Ka’bah dan melaksanakan korban penyembelihan. Selepas sholat Ied, semua umat Islam juga berkunjung ke makam untuk berziarah ke orang yang dikasihi. Mohon maaf lahir batin juga ada pada Idul Adha layaknya Idul Fitri. Karena kita tahu bahwa setiap insan mempunyai kesalahan yang harus dimaafkan.

Di Indonesia sendiri dikala Idul Adha aneka macam tradisinya. Mulai dari takbir keliling, salam-salaman, melihat penyembelihan kurban, dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan sebagai rasa syukur alasannya Allah telah melimpahkan segala rahmat untuk menjalani hidup di dunia ini.

Berbeda dari Idul Fitri yang terdapat tradisi menciptakan ketupat lebaran. Karena pada dikala Idul Adha warga ramai mendatangi tempat penyembelihan kurban. Biasanya tempat penyembelihan binatang kurban terletak tidak jauh dari masjid atau bahkan di samping masjid. Para warga tiba untuk menyaksikan penyembelihan binatang kurban. Setelah itu, binatang kurban yang telah dipotong dibagikan ke warga yang tidak bisa atau fakir miskin.

Dari hari raya yang sangat istimewa ini memperlihatkan pelajaran kepada kita semua untuk selalu taat kepada perintah Allah AWT, menyerupai ketakwaan yang dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Selain itu, kita juga diajarkan untuk saling membantu sesama umat manusia. Seperti yang telah diajarkan pada hari raya Idul Adha, bahwa membagikan binatang kurban kepada orang yang tidak mampu. Dari ini kita bisa tahu bahwa insan itu harus saling membantu.

Sejarah Idul Adha

 Idul Adha merupakan hari istimewa untuk agama Islam Sejarah Dan Makna Idul Adha (Hari Raya Qurban)

Hampir semua orang yang beragama Islam tentu sudah tidak lagi merasa abnormal dengan  Idul Adha alasannya dirayakan setiap tahunnya. Namun, sudahkah anda benar-benar memahami apa saja yang melatar belakangi hadirnya Idul Adha? Tentu saja perayaan penting menyerupai Idul Adha mustahil ada tanpa maksud dan alasan yang penting pula.

Seperti yang anda ketahui, Idul Adha juga merupakan salah satu Hari Raya bagi Umat Muslim, berbeda dengan Idul Fitri yang akan anda rayakan sesudah berpuasa pebuh selama satu bulan, Idul Adha mempunyai keterkaitan yang sangat erat dengan kurban, dimana nantinya mereka yang bisa diwajibkan untuk mengeluarkan Qurban hewan, baik berupa sapi, kambing ataupun unta.

Bagi anda yang belum mengetahuinya, Idul Adha dirayakan pada Tanggal 10 dibulan Dzulhijjah, yang artinya sempurna 70 hari sesudah anda merayakan Idul Fitri. Lalu, sebenarnya, apa yang melatarbelakangi hadirnya Idul Adha dan mengapa anda merayakannya setiap tahun selama ini?

Membicarakan mengenai Idul Adha, tentu tidak bisa jauh-jauh dari Kisah Nabi Ibrahim. Sebagai seorang Nabi, Ibrahim memang harus mentaati semua perintah dari Allah Ta’ala, meskipun perintah tersebut sangatlah berat terlebih bagi orang yang masih awam.

Ada sebuah dongeng yang menyebutkan kalau Pada awalnya, Nabi Ibrahim merupakan seseorang yang sangat kaya hingga ia dengan senang hari mengurbankan 100 ekor domba, 300 ekor sapi,juga 100 ekor unta.Melihat banyaknya binatang yang dikurbankan, tentu saja semua orang merasa kagum dengan kebaikan hati Nabi Ibrahim.

Namun sayangnya, meskipun Nabi Ibrahim merupakan orang yang sangat baik dan kaya raya, hingga sekarang ia belum mempunyai seorang anak pun dari istri yang sangat dicintainya berjulukan Sarah. Hingga pada dikala mengurbankan binatang yang sudah disebutkan tadi, Nabi Ibrahim menyampaikan bahwa kurban tersebut belumlah apa-apa, kalau ia mempunyai seorang anak, maka atas Nama Allah ia tulus mengurbankan anaknya.

Karena merasa kebahagiaan nya belum terasa lengkap tanpa seorang anak, kesudahannya Sarah menyarankan semoga Nabi Ibrahim menikah lagi, dan perempuan yang disarankan ialah Siti Hajar, yang tidak lain ialah seorang budak yang berasal dari Negara Mesir. Kemudian mereka pun menikah dan diberikan seorang anak pria tampan yang diberi nama Ismail.

Ada beberapa pendapat mengenai usia Nabi Ibrahim ketika ia mendapatkan anak, namun banyak yang menyebutkan bahwa usianya pada dikala itu ialah 90 tahunan. Dan nama Ismail sengaja dipilih alasannya mempunyai makna “Allah telah mendengar”, dimana mengartikan bahwa doa dari Nabi Ibrahim selama ini kesudahannya didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT.

Pada suatu hari, Nabi Ibrahim mendapatkan Wahyu yang didalamnya memerintahkan dirinya semoga menempatkan sang istri Hajar bersama dengan anaknya yang masih bayi ke sebuah tempat yang sangat jauh dan tandus.

Tempat yang dituju oleh Nabi Ibrahim dan Siti Hajar berjarak 1600 KM dari Negaranya sendiri yakni Palestina. Pada masa itu, menempuh jarak sejauh itu tentu saja bukanlah kasus yang mudah, perlu perjalanan berhari-hari untuk bisa mencapai tempat abnormal tersebut.

Namun atas dasar iman dan ketaqwaan, Nabi Ibrahim dan istri tidak merasa keberatan sedikitpun, dengan tulus dan yakin mereka melaksanakan perintah tersebut, tidak terkecuali dengan membawa sang anak yang masih bayi. Adapun perintah ini sanggup anda lihat pada Surat Ibrahim ayat 37 yang artinya:
Ya Tuhan kami, sesungguhnya saya telah menempatkan sebagian keturunanku disuatu lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman didekat rumah-Mu (Baitullah) yang dimuliakan. Ya Tuhan kami (sedemikian itu) semoga mereka mendirikan Shalat. Maka jadikanlah ganti sebagai insan cenderung kepada mereka dan beri rezeki mereka dari buah-buahan.Mudah-mudahan mereka bersyukur.

Ketika sudah hingga dilembah yang terasing tersebut, bukan berarti ujian Nabi Ibrahim dan istrinya telah selesai. Pada lembah abnormal tersebut masih banyak ujian yang harus mereka lewati, yakni ketika mereka telah kehabisan air minum dan Siti Hajar tidak lagi bisa menyusui anaknya Ismail.

Tidak mau berputus asa, Siti Hajar terus menerus mencari air kesana-sini, tidak perduli meskipun ia harus bolak-balik dan naik turun  bukit. Siti Hajar berlari kecil diantara Bukit Sofa dan Bukti Marwa sebanyak tujuh kali. Kisah Nabi Ibrahim dan Siti Hajar ini tidak hanya mempunyai keterikatan yang besar dengan Idul Adha, namun juga pada Ibadah Haji alasannya Sa’i menjadi salah satu rukun Ibadah Haji.

Karena melihat usaha Siti Hajar untuk mendapatkan air yang tidak kenal putus asa, ahirnya Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk menciptakan mata air yang sekarang dikenal sebagai mata air Zam zam. Selain menjadi sumber kehidupan untuk keluarga Nabi Ibrahim dikala itu, mata air ini juga menjadi sumber kehidupan dan kemakmuran untuk mereka yang hidup didaerah tersebut.

Setelah berhasil melewati ujian tersebut, ujian lainnya pun tiba lagi kepada Nabi Ibrahim, yakni perintah untuk menyembelih anak kesayangannya Ismail sebagai pembayaran atas ucapannya beberapa dikala yang lalu. Hal inilah yang menjadi asal dan sejarah utama Idul Adha.

Lewat mimpinya, Nabi Ibrahim mendapatkan perintah untuk menyembelih atau mengurbankan anaknya sendiri. Mimpi tersebut tidak hanya tiba sekali, alasannya pada awalnya Nabi Ibrahim masih merasa ragu apakah mimpi tersebut benar-benar berasal dari Allah SWT atau hanya sekedar bunga tidur saja.

Ada beberapa pendapat juga mengenai usia Ismail ketika akan disembelih, ada yang menyebutkan bahwa pada dikala itu Ismail masih berusia 7 tahun, namun ada juga yang meyakini bahwa Ismail telah berusia 13 tahun pada dikala itu.

Setelah merasa yakni bahwa mimpi tersebut ialah perintah dari Allah SWT, kesudahannya Nabi Ibrahim menetapkan untuk membicarakannya dengan sang istri Siti Hajar. Luar biasa, Siti Hajar menyampaikan bahwa, kalau hal tersebut benar-benar perintah dari Allah, maka ia merasa tulus melepaskan anaknya untuk disembelih.

Sesudah menerima persetujuan dari istrinya, sekarang saatnya Nabi Ibrahim membicarakannya dengan Ismail. Diluar dugaan pula, Ismail siap untuk disembelih atas nama Allah. Prosesi ini tentu saja tidak berjalan dengan mudah, Iblis selalu berupaya untuk menghasut Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail untuk tidak melaksanakan perintah Allah tersebut, namun mereka tetap menjaga keimanan dan ketaqwaannya pada Allah SWT.

Untuk melaksanakan penyembelihan tersebut, Ismail dibawa ke sebuah lembah oleh Nabi Ibrahim. Meskipun Nabi Ibrahim masih merasa iba pada anaknya, namun tidak sekalipun Ismail merasa ragu dan terus menerus meyakinkan ayahnya untuk melaksanakan perintah.

Ketika Ismail sudah ditempatkan pada tempat yang cocok Nabi Ibrahim mulai mencoba untuk menyembelih putranya tersebut.

Hingga pada akhirnya, di gantilah Ismail dengan seekor Domba Kibas oleh Malaikat Jibril, dan Ismail hanya terkena gesekan sedikit pada bab lehernya. Melihat ketaqwaan Nabi Ibrahim, semesta pun ikut bertakbir mengumandangkan kebesaran Allah SWT.

Itulah dongeng dan sejarah Idul Adha yang dikala ini anda rayakan setiap tahunnya, semoga dengan dongeng tersebut keimanan dan ketaqwaan anda bisa menjadi semakin besar dan tidak lagi mempunyai keraguan terhadap Allah SWT.

Sumber https://www.kopi-ireng.com/
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar