Skip to main content

Jikalau Saya Jodohmu

Jikalau Aku Jodohmu - Ikhlas yaitu suatu cara dimana kebahagian muncul dan sanggup tergantikan. Namun, ilahi memperlihatkan cara itu dengan berbeda-beda kepada umatnya. Didunia ini terkadang kita harus nrimo untuk merelakan sesuatu yang sangat kita cintai.

Namun, saya yakin dibalik luka dan sedih atas keikhlasan itu terkandung sebuah nikmatnya yang besar. Mungkin kini hanya bayangannya saja yang bisa saya kenang dan kurindukan, tak ada lagi sosoknya yang selalu membuatku rindu. Tetapi, kini bayangannya itu sudah terparkir di kepalaku.

Namaku Maryam, usiaku kini sempurna 23 tahun. Aku tinggal di pondok pesantren di Jawa Timur. Sejak usia ku menginjak 7 tahun, kedua orang renta ku telah mengenalkan ku untuk tinggal di pesantren. Tetapi alasannya yaitu saya cukup berdikari dan cukup nyaman tinggal di pesantren akibatnya saya memutuskan untuk tinggal di pondok pesantren dan jauh dari kedua orang tua. Bukan hanya menimba ilmu dan mengaji, bahkan saya merajut cinta kasih di pesantren.

Ketika saya menginjak kelas tiga Sekolah Menengan Atas masa-masa jatuh cinta itu hadir begitu saja tanpa ada komunikasi terlebih dahulu. Lelaki yang saya sukai bukanlah orang yang terkenal alasannya yaitu anak Kiai.

Tetapi, dia terkenal alasannya yaitu dia seorang Hafidz Qur’an. Sering kali dia mengikuti acara-acara perlombaan besar di beberapa kota, bahkan beberapa negara kepingan dunia. Bukan hanya pandai dan tampan yang ia miliki tetapi yang membuatku terpengaruhi yaitu kesholehannya. Cerita cintaku dikala itu kurang diketahui banyak orang. Bahkan percintaan kami tak seromantis anak muda zaman sekarang, jauh. Percintaan kami singkat, sangat jarang berkomunikasi bahkan surat-menyurat.
 Ikhlas yaitu suatu cara dimana kebahagian muncul dan sanggup tergantikan Jikalau Aku Jodohmu
keluargabahagia.org
Tetapi, saya dan dia memiliki trik yang cukup unik. Kami selalu menunggu waktu adzan magrib berkumandang. Ya, alasannya yaitu itu yaitu kesempatanku dan dia semoga sanggup saling memandang lebih lama. Walaupun jarak antara daerah wudhu kami berjauhan tetapi bukanlah penghalang bagi kami.

Sering sekali kami saling bertatap muka, tetapi sangat jarang berkomunikasi. Kami selalu ibaratkan bahwa kami memiliki alat komunikasi yang tidak sanggup diketahui oleh syaitan.

Tetapi, sesudah kelulusan Sekolah Menengan Atas semua berubah. Aku tak melihat perilaku yang ia miliki mirip dulu. Aku hanya bisa pasrahkan kepada yang maha kuasa. Tak usang sesudah kelulusan sekitar 5 bulan kemudian, dia mengirimiku surat melalui temanku.

Ini yaitu pertama kalinya saya mendapatkan surat darinya yang tak pernah sebelumnya. Tanganku gemetar, bibirku gugup, perlahan ku buka surat itu di daerah yang sedikit sepi. Suratnya harum dan terlihat goresan pena rapih yang ditulis oleh tinta hitam.

“Assalamualaikum.. wr..wb,

Mungkin datangnya surat ini menciptakan mu bertanya apa yang terjadi semuanya,

Aku tau apa yang sedang kau rasakan dikala ini,

Sebelumnya saya ingin meminta maaf alasannya yaitu berbagai kesalahanku yang telah membuatmu terluka,

Maryam, bukannya hatiku tak mencintaimu,

Tetapi, apalah dayaku ketika takdir Tuhan telah digariskan,

Mungki, nanti saya tak bisa lagi melihatmu, memandangmu, bahkan berada didekatmu walau terhalang tembok besar,

Jika ini yaitu yang terbaik untuk agamamu, untuk dirimu, bahkan untuk keluargamu, maka engkau harus ikhlas,

Besok hari saya harus segera pergi meninggalkan pondok pesantren ini dan juga dirimu,

Beberapa hal yang membuatku harus pergi terutama kepentinganku untuk sekolah,

Ingat Maryam, ikhlaskan hatimu untuk menerimanya,

Maryam, jangan pernah tetesakan air matamu alasannya yaitu kepergianku,

Karena, hati ini tak akan pernah pergi sebelum izin darimu,

Maafkan aku, Maryam..

Wassalam..,”

Aku tak bisa berkata banyak, hingga air mataku benar-benar telah menciptakan pipiku basah. Bibirku gugup, ingin sekali saya mengeluarkan kata-kata dalam hatiku ini, ingin sekali saya menjawab surat itu. Dan yang sangat ku inginkan melihat dirinya pribadi dikala itu. Aku tak tau apakah ini teguran atau ujian dari Tuhan. Tetapi, saya hanya yakin akan ada nikmat dibalik ini semua tanpa harus saya ketahui. Aku hanya ingat pesan darinya bahwa saya harus nrimo menerimanya.

Malam itu, saya tak bisa tertidur pulas. Aku terus memikirkannya hingga menjelang pagi. Keesokan harinya dimana dia akan benar-benar pergi meninggalkanku. Ku titipkan gelang tasbih kepada temannya yang terbuat dari kayu Arab dukungan Guruku.

Aku tak bisa melihatnya mulai melangkah kaki untuk pergi. Aku bersembunyi dibelakang masjid. Tetapi, sayang disana saya melihat Ustadzah dan dia melihatku menangis disana. Beliau menghampiriku, “Mengapa kau bersedih, Maryam?” suaranya lembut menyentuh hatiku.

“Tidak Bu, saya tidak apa-apa.” Aku mengusap pipiku yang di basahi air mata.

“Kamu tak berpura-pura kan nak?”

Aku terpaksa jujur dan menceritakan apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada diriku.

Beliau memegang tanganku dan menatapku penuh kasih, “Ingat nak, Allah selalu memberi jalan dari setiap peristiwa alam dan ujian yang Allah berikan. Kamu tak perlu khawatir bahkan merasa murka atas ujian yang tlah Allah berikan.” Beliau tersenyum manis kepadaku. “Suatu hari nanti kau akan mengerti semua ini dan kau niscaya akan mengetahui jalan keluar dari ujian ini.”

“Baik bu, terima kasih bu.”

“Sudahlah, terima saja. Tersenyumlah, perlihatkan bahwa kau itu tegar,” senyuman manisnya membuatku bangun dari semua ini.

Awal, memang menjadi pr untukku semoga sanggup mengikhlaskannya. Tetapi sesudah 7 bulan lamanya, perasaan itu memudar. Aku terus memfokuskan diriku untuk berkarir. Ya, walaupun masih berada didalam pondok pesantren.

Tepat di bulan April, pondok pesantren kami mendapatkan surat undangan semoga ada perwakilan dari pondok pesantren kami mengikuti Lomba Baca Qur’an di Mesir.

Dan pada akibatnya pondok pesantren kami mengirimkan sekitar 3 orang hafidz yang masih di bawah umur, dan saya mendapat undangan bahwa saya harus menjadi guru pembimbing mereka ketika di Mesir. Aku menerimanya dengan senang hati.

Jodoh itu diam-diam Allah

 Ikhlas yaitu suatu cara dimana kebahagian muncul dan sanggup tergantikan Jikalau Aku Jodohmu
jodoh itu diam-diam allah
Sesampai di Mesir, 3 orang hafidz dari pondok pesantren ku akibatnya memenangkan juara ke 2. Ketika saya sedang duduk di barisan penonton, saya melihat sosok yang tak asing lagi ku lihat sebelumnya. Wajahnya tak ada yang berubah, bahkan bertambah tampan 35%.

Dia tak melihatku alasannya yaitu dia duduk di barisan depan, sedangkan saya di barisan belakang. Aku mencoba menanyakan siapa dia kepada seseorang disampingku. Untuk memastikan bahwa benar dia yaitu sosok kekasih lamaku.

“Maaf, kau tau siapa dia?”

“Ya, saya tau. Dia yaitu pembimbing guru hafidz di Mesir ini. Usianya memang sangatlah muda. Tetapi, dia sangatlah pandai dan banyak yang menyukainya.”

“Oh, terima kasih ya,” saya tersenyum manis kepadanya dan kembali memandangnya dari kejauhan.
Setelah program selesai, semua orang yang mengikuti perlombaan itu menginap di sebuah asrama. Aku berbaring di daerah tidur untuk melepaskan rasa lelahku. Tetapi, tetap saja pikiranku tak bisa berhenti memikirkannya.

Aku segera beranjak untuk berdiri dan mencari udara segar keluar. Aku menghela nafas panjang dan duduk di depan asramaku. Rasa lelah dan beban ku mirip berkurang. Ini yang terkadang membuatku tak suka, lagi-lagi saya harus melihatnya.

Ya, kekasih lamaku yang sedang sibuk memegang handphone didekat pintu. Aku terus memandang nya dari kejauhan. Rasanya mulutku ingin berbicara banyak kepadanya. Tapi, kali ini perasaan ku benar-benar tegang. Dia melihatku, da dia menatapku tajam. Aku pribadi memalingkan pandanganku ke arah yang lain.

Dia mendekatiku, dan duduk sempurna di sebelahku. Aku tak kuasa menengok ke arahnya atau bahkan menatap wajahnya.

“Cinta memang tak sanggup ditebak, bahkan saya tak bisa menaklukkannya,” sahutnya kepadaku.

“Tetapi, meninggalkan seseorang alasannya yaitu mencar ilmu dan tak ingin berusaha mempertahankan cintanya, sangatlah ..,” saya tak kuasa melanjutkan perkataanku saking berbagai yang ingin saya katakan.

“Aku tau dari awal kau akan datang!”

“Lalu? Kamu hanya diamkan?” saya memalingkan pandanganku kepadanya.

“Maryam, kau salah paham!”

“Salah paham apa? Apa salah ku? Kamu yang ninggalin aku!” saya sedikit terpancing emosi.

“Jika kau memang mengerti, kau akan tau mengapa saya begini!”

Aku hanya membisu sebagai jawaban.

Dia memalingkan pandangannya dariku kedepan, “Maryam, seandainya kau tau dadaku sangatlah sesak. Aku tak tau apa yang harus saya lakukan. Jika saya meninggalkanmu dan masih tergantung status diantara kita. Bagaimana kalau saya tak bisa menjaga amanah itu? Bagaimana kalau saya khilaf?”

“Kita harus berusaha, kita harus yakin kita niscaya bersama. Aku lelah dengan perasaan ini!”
“Kalau begitu lupakan saja, mungkin ini sudah takdir Tuhan yang terbaik!”

“Semudah itu?”

Dia menatapku dengan tatapan yang berbeda.

“Aku akan menikah dengan perempuan lain alasannya yaitu usul kedua orang tuaku,” jawabnya tegas.
Aku tak bisa berkata apa-apa. Aku menatapnya tajam, saya tak yakin dengan apa yang gres saja ku dengar.

“Inikah caramu?”
Aku begitu terpancing emosi, alasannya yaitu saya takut melukai hatinya saya putuskan untuk pergi meninggalkannya dan kembali ke asrama. Aku menutup mataku dan segera membereskan pakaianku alasannya yaitu besok pagi saya harus segera kembali ke Indonesia. Malam itu menjadi malam terburuk ku bahwa kenyataannya harapanku benar-benar harus saya kubur.

Sesampai di Indonesia saya ditemui oleh kedua orang tuaku. Awalnya mereka menanyakan kapan saya mengakhiri masa lajangku tetapi akibatnya mereka membawakanku jodoh yang katanya lulusan dari Mesir. Rasanya saya sudah muak mendengar kata Mesir di telingaku.

“Kamu mau kan nak?”
“Bagaimana ayah dan ibu saja,” nada suaraku sedikit kurang bersemangat.
“Kalau begitu nanti kita akan adakan pertemuan ya nak, kau harus cantik. Awas jangan lupa ya!”
Aku hanya tersenyum sebagai jawaban.

Setelah 3 ahad kemudian, program pertemuan itu berlangsung di rumah asalku di Depok. Aku biasa saja tidak terlalu mempersiapkan. Ibuku sedang sibuk menyiapkan makanan hidangan untuk pertemuan ini, sedangkan ayahku sibuk juga melayani para tamu. Aku hanya menunggu di kamar.

Sekitar 20 menit menunggu, terdengar bunyi kendaraan beroda empat tiba ke rumahku, ya mungkin calon suamiku yang telah kedua orang renta persiapkan. Tak usang terdengar ketuk pintu kamarku. Aku bergegas membukanya.

“Sebentar!”

Aku segera membukakan pintu kamarku, saya lihat senyuman lebar terpancar dari wajah ibuku. Aku siapkan hatiku untuk menerimanya, calon suamiku. Aku tak kuasa melihat bagaimana wajah calon suamiku. Aku duduk sempurna disamping ibuku, saya menundukkan kepalaku. Ketika ayahku mulai mengenalkan ku kepadanya, tiba-tiba perasaanku tak karuan.

Jantung ku berdetak kencang, keringat terasa bercucuran, aneh. Saat saya mulai melihat wajahnya, saya begitu sangat terkejut. Ternyata saya melihat sosok yang selalu menjadi hantu dipikiranku yang telah usang terparkir itu. Dia tersenyum manis kepadaku saya pun membalasnya.

“Inilah calon istriku yang saya telah saya ceritakan kepadamu.”

Aku hanya tersenyum saking bahagia. Sebenarnya ibuku telah berteman usang dengan kedua orang tuanya. Dulu kedua orang renta ku dan kedua orang tuanya tak merencanakan ini semua. Tetapi, mungkin alasannya yaitu kuasa Tuhan dan takdir yang telah digariskan kami pun akibatnya harus bersama walaupun berbagai rintangan antara hubungan kami.

Cinta memanglah sebuah misteri, yang sangat sulit dipecahkan. Tetapi, ikhlaskanlah dan yakinlah semua bahwa akan ada pesan yang tersirat dibalik itu semua. Akhirnya kami menikah, hidup bahagia, walaupun selalu terselip sebuah ujian. Tetapi, saya merasa selalu besar lengan berkuasa kali ini. Karena saya tlah ditemani sosok yang tak akan pernah pergi lagi. Kalaupun pergi niscaya alasannya yaitu panggilan illahi.

Pengirim :  Maryam Cryseld


Sumber https://www.kopi-ireng.com/
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar