Klasifikasi Industri Dan Faktor Penentu Lokasi Industri
Klasifikasi Industri Dan Faktor Penentu Lokasi Industri
Munculnya perindustrian seringkali disebabkan oleh faktor kebetulan belaka, akan tetapi bergotong-royong ada sejumlah faktor yang ikut menentukan berdirinya industri di suatu wilayah, yaitu menyangkut faktor ekonomis, historis, manusia, politis dan geografis.
kata industri berasal dari kata "industria" yang berdasarkan bahasa latin berarti buruh atau pemakaian tenaga kerja. kata "industrie" dalam bahasa Perancis mempunyai pengertian pengolahan dan memproduksi materi kebutuhan. dalam bahasa Jerman, industri mempunyai arti khusus yaitu perjuangan pengolahan yang dilakukan secara besar-besaran dan memakai mesin modern.
berdasarkan beberapa pengertian singkat diatas, tampak terperinci bahwa industri mempunyai pengertian luas dan pengertian sempit. industri dalam arti luas yaitu meliputi semua perjuangan dan aktivitas dibidang ekonomi yang sifatnya produktif.
industri dalam arti sempit yaitu hanya terbatas pada tipe aktivitas ekonomi sekunder, yaitu segala macam perjuangan dan aktivitas yang sifatnya mengubah dan atau mengolah materi mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi (manufacturing).
manufacturing diartikan sebagai secondary type of industry, secara formal, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1995 perihal perindustrian, yang dimaksud dengan industri yaitu "kegiatan ekonomi yang mengolah materi mentah, materi baku, materi setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang bernilai tinggi untuk penggunaannya, termasuk aktivitas rancang berdiri dan rekayasa industri".
imbas kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengaruhnya semakin terasa bagi aktivitas perindustrian, lantaran industri manufaktur telah mengalami perkembangan cukup pesat semenjak revolusi industri di Inggris sekitar era 18 (yaitu semenjak ditemukannya mesin uap oleh James Watt). imbas yang terasa dengan adanya perubahan industri yang bersifat tradisional ke arah industri berteknologi maju (mechanized industry).
berdasarkan Rostow, pertumbuhan dan perkembangan industri bangsa-bangsa di dunia pada umumnya sanggup diidentifikasi atas lima tahapan penting sebagai berikut :
1. Masyarakat Tradisional (The traditional society)
2. Prakondisi menuju tinggal landas (The precondition for take off)
3. Masa tinggal landas ( The age of take off)
4. Tahap menuju ke araj kedewasaan (The drive to maturity)
5. Masa masyarakat berkonsumsi tinggi (The age of high mass consumption)
Tahapan Penting Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan Industri Bangsa-Bangsa Di Dunia
Masyarakat Tradisional
masyarakat tradisional yaitu struktur masyarakat yang dibangun dalam fungsi-fugsi produksi yang terbatas. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi masih sederhana dan tingkat penghasilan masyarakat pada masa ini masih rendah.
Prakondisi Menuju Tinggal Landas
merupakan masyarakat di masa peralihan. ketidakcocokan nilai-nilai dan cara-cara tradisional mulai dirasakan, sedangkan kemunculan nilai gres sangat dibutuhkan, sehingga terjadi perubahan.
Masa (tahapan) Tinggal Landas
dalam perkembangan ekonomi yaitu masa dimana banyak sekali hambatan terhadap pertumbuhan sudah sanggup diatasi. nilai-nilai dan terobosan gres mulai terperinci dan mengakibatkan kemajuan masyarakat. pada masa ini, perkembangan perindustrian mulai maju pesat dan mendorong investasi bagi pengembangan wilayah selajutnya. banyak kota-kota gres lahir sebagai salah satu tanggapan faktual dari ekspansi tempat industri.
Tahap Menuju Kedewasaan atau Kematangan
tahap menuju kedewasaan atau kematangan yaitu suatu tahapan aktivitas perekonomian yang tumbuh secara terus-menerus. produktivitas dari aktivitas industri sangat berarti dalam menentukan pendapatan nasional. kematangan perekonomian makin terlihat dengan hadirnya industri-industri gres berteknologi canggih (high technology). laba industri juga diinvestasikan bagi aktivitas penemuan gres berskala internasional.
Masa Konsumsi Tinggi
masa konsumsi tinggi ditandai dengan adanya perkembangan aktivitas industri yang ditujukan untuk menghasilkan barang-barang konsumsi yang tahan usang dan jasa-jasa. pendapatan perkapita masyarakat naik cepat, sehingga sanggup membeli barang-barang konsumsi yang melebihi kebutuhan pokok. barang-barang konsumsi yang banyak dibeli masyarakat.
Klasifikasi Industri
George T Rener dalam World Economic Geography, mengemukakan 6 unsur industri (The six element enggradiant of industri), yaitu row material, labour, capital, power, market, dan transportation.
perbedaan faktor pendukung industri menjadikan perbedaan dalam pengklasifikasian industri. di Inggris, aktivitas industri diklasifikasikan berdasarkan British Census Classification (BCC). di Amerika Serikat, industri dikelompokkan berdasarkan Standart Industri Classification (SIC). di Indonesia, perjuangan aktivitas industri diklasifikasikan berdasarkan Departemenn Perindustrian didasarkan atas cabang, Jenis dan komoditi industri, serta training yang terbagi menjadi 4 kelompok.
Faktor Penentu Lokasi Industri
1. Faktor Lokasi Industri
H. Robinson dalam bukunya Economic Geography (1979), factor location yang digunakan dalam geografi perindustrian berkaitan erat dengan tanda-tanda yang besar lengan berkuasa atas penempatan pabrik. faktor-faktor lokasi diantaranya yaitu sebagai berikut :
a. wilayah sumber daya materi mentah
b. jarak terhadap pasar
c. sumber suplai tenaga kerja
d. wilayah sumber materi bakar dan sumber tenaga.
e. jalur transportasi
f. medan (terrain) wilayah
g. pajak dan peraturan penjaluran kota (city zoning code)
dalam kajian geografi, faktor lokasi sanggup diartikan sebagai tempat (site) dan lokasi (location). Variable site yaitu kondisi fisik dan sosial ekonomi yang ada di wilayah sekitar tempat berdirinya pabrik, dalam kaitannya dengan wilayah yang luas.
aktivitas industri intinya merupakan akumulasi dari banyak sekali faktor dinamis, ibarat lokasi dan ketersediaan materi mentah, sarana transfortasi, tenaga insan dengan segala kemampuan dan keahliannya, pengolahan, serta pemasaran hasil.
namun demikian, mengingat banyaknya faktor yang saling berkaitan, High Smith yang dikutip Idris Abdurachmat (1983), mengklasifikasikan faktor dan syarat yang mempengaruhi aktivitas industri itu atas empat kelompok berikut.
Faktor Dan Syarat Yang Mempengaruhi Kegiatan Industri
a. Faktor Sumber Daya
faltor pertama : faktor sumber daya yaitu pendukung utama aktivitas industri. faktor pertama yang terpenting dari sumber daya diantaranya yaitu materi mentah, sumber energi, ketersediaan air, iklim, dan bentuk lahan.
materi mentah merupakan faktor utama pendukung aktivitas industri, yang intinya bisa diperoleh eksklusif dari sumbernya (dari alam) atau juga dari hasil sektor primer ibarat kehutanan, pertanian, peternakan, dan pertambangan. pentingnya peranan materi mentah, menjadikan munculnya banyak sekali aktivitas industri yang didirikan berdekatan atau berada di lokasi sumber materi mentah. industri ini disebut Raw Material Oriented Industry.
faktor kedua : materi mentah yaitu sumber energi, industri berat dan industri modern dikala ini tidak sanggup lepas dari keberadaan sumber energi, lantaran fungsinya sebagai pelopor mesin yang digunakan. lokasi pabrik yang berdekatan dengan sumber energi yang biasanya diperlukan aktivitas industri yaitu minyak bumi, kerikil bara, gas alam, serta energi listrik.
prinsip dasar relasi sumber energi dengan aktivitas industri yaitu ketersediaan sumber energi dalam jumlah yang memadai serta derma sarana transportasi yang memadai.
faktor ketiga : sumber daya yang ketiga untuk aktivitas industri yaitu ketersediaan air (water supply). fungsi air dalam aktivitas industri yaitu untuk pendingin mesin, materi pencampur serta untuk keperluan membersihkan alat-alat. jenis industri yang secara kebetulan sumber materi baku utamanya air, tentu harus menentukan lokasi yang berdekatan denga sumber air, contohnya industri minuman.
begitu juga industri besi atau industri baja dan industri kimia sangat memerlukan air. prinsip dasar relasi sumber air dengan aktivitas industri yaitu jumlah persediaan yang cukup banyak, biaya pengambilan yang tidak terlalu mahal, serta tidak mengakibatkan dampak sosial yang serius bagi kehidupan insan sekitarnya.
faktor ke empat : faktor terakhir yaitu faktor iklim dan topografi. aktivitas industri yang sebagian besar dilakukan di luar ruangan atau di tempat terbuka, terperinci dipengaruhi oleh faktor cuaca dan iklim. sedangkan imbas topografi yaitu terhadap hal penentuan lokasi industri serta pembuatan jaringan transportasi.
b. Faktor Sosial
faktor sosial yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu industri diantaranya yaitu penyediaan tenaga kerja, kemampuan memakai tekonologi, serta pengelolaan (management industry). penyedaiaan tenaga kerja merupakan cuilan integral dari suatu proses industri.
suatu aktivitas industri yang sifatnya padat karya, lokasi pendirian pabriknya biasanya mendekati daerah-daerah yang merupakan konsentrasi penduduk, maka disebut juga (man power oriented industri).
hal kedua dari faktor sosial yaitu kemampuan tenaga kerja atau kualitasnya. kualitas tenaga kerja yang dimaksud disini yaitu kemampuan pekerja dalam memanfaatkan teknologi yang dipakai, menghasilkan barang serta mempromosikan produk. jadi industri yang memakai alat-alat modern perlu didukung oleh tenaga kerja yang profesional pula.
selain tenaga kerja dan kualitasnya, hal lain yang perlu mendapat perhatian yaitu kemampuan mengelola industri, semakin kompleks suatu industri, semakin beragam pula pengelolaannya. oleh lantaran itu, perlu sumber daya insan yang terampil untuk pengelolaannya.
selain itu, faktor sosial yang masih tetap memegang peranan penting yaitu kebijakan pemerintah ibarat penetapan tarif dan pajak, mekanisme ekspor, pembatasan impor dan perlindungan terhadap produksi dalam negri serta pengawasan pemberlakuan upah minimum bagi pekerja.
c. Faktor Ekonomi
semenjak tahun 1990-an perkembangan industri cenderung mengarah kepada market oriented industry. jenis industri ini berkembang karena potensi pasar yang demikian baik di Indonesia maupun di tempat Asia Pasifik pada umumnya.
besar kecilnya pangsa pasar akan ditentukan oleh kedua faktor utama, yaitu jumlah penduduk dan daya beli masyarakat. dengan demikian, makin tinggi jumlah penduduk dan makin tinggi daya beli masyarakat, berarti makin besar potensi pasaran.
hal yang kedua bagi aktivitas industri dari faktor yang bersifat ekonomi yaitu modal, bentuk modal yang resmi dalam aktivitas industri di negara kita ada dua macam, yaitu modal dari dalam negri (PMDN) dan modal dari luar negri (PMA). prinsip dasar yang harus dipenuhi yaitu tersedianya jaringan kemudian lintas yang ramai, tetapi tidak macet.
d. Faktor Kebijakan Pemerintah
kebijakan pemerintah yang mempengaruhi perkembangan industri, antara lain sebagai berikut :
1) penentuan ketetapan pajak dan tarif
2) pembatasan ekspor dan impor
3) pembatasan jumlah dan jenis industri
4) penentuan lokasi industri
5) pengembangan kondisi dan iklim yang menguntungkan usaha.
2. Teori Lokasi Industri
teori lokasi industri muncul untuk menentukan lokasi terbaik secara irit bagi suatu industri. teori ini dikemukakan oleh para pakar sebagai berikut :
a. Teori Lokasi Industri dari Alfred Weber
Alferd Weber, mengemukakan teori yang menyangkut perihal Least Cost Location, seorang ekonom dari Jerman. teori perihal lokasi industri diterbitkan dalam buku yang berjudul ber den Standort der industrien (1909). isi pokok teori Weber yaitu lokasi industri-industri dipilihkan di tempat-tempat dan biayanya paling minimal.
b. Teori Lokasi Industri Optimal Dari Losch
Losch menulis teorinya dalam buku Economic of location (1954). teorinya berdasarkan demand (permintaan) sehingga diasumsikan bahwa lokasi optimal dari suatu pabrik atau industri yang bersangkutan sanggup menguasai wilayah pasaran yang terluas, sehingga sanggup menghasilkan pendapatan (maximum revenue).
Losch juga mengasumsikan permukaan lahan yang datar dan homogen yang selalu disuplai oleh pusat (industri) lantaran membutuhkan (ada permintaan) secara merata. ia menunjukan luas serta bentuk wilayah-wilayah pasarannya. sehingga menghasilkan laba yang banyak.
c. Analisis Wilayah Pasar : Model Hotelling
model hotelling bertujuan menganalisis taktik lokasi dua firma yang bersaing mengenai wilayah pasaran mereka, berdasarkan Hotelling. elastisitas undangan akan mendorong difusi industri.
d. Pendekatan Perilaku (Behavior Approach)
baru-baru ini teori lokasi telah dijiwai oleh behavior approach dalam perjuangan membawa model-model yang mendekati realistis. goresan pena A. Pred dalam behavior dan location (1967), menyusun matriks sikap yang digunakan untuk menganalisis pengembalian keputusan perihal banyak sekali lokasi.
asumsinya, para industrialis mempunyai banyak sekali pengetahuan dan kecakapan. misalnya, orang bisnis dengan pengetahuan yang terbatas, tetapi kecakapan yang tinggi akan menentukan lokasi yang sangat berbeda bila dibandingkan dengan orang lain yang pengetahuannya luas tetapi mungkin kecakapannya terbatas. kemudian lokasi yang paling buruk dipilih orang bisnis yang berpengetahuan dan kecakapan yang rendah.