Budidaya Kepiting Di Indonesia
Budidaya Kepiting di Indonesia
budidaya kepiting di indonesia |
News, Jakarta – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) meluruskan anggapan keliru terkait pemberlakuan Permen KP No. 56 Tahun 2016. Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto menjelaskan bahwa perdagangan kepiting selama ini lebih banyak berasal dari hasil penangkapan dari alam bukan dari budidaya. Tingginya usul kepiting telah memicu intensitas penangkapan kepiting di alam semakin tinggi dan dilakukan secara tidak terukur dan cenderung ekspolitatif, karenanya terjadi over fishing dan depleting stok sumberdaya kepiting di alam.
Slamet mengungkapkan bahwa fakta di lapangan mengatakan populasi kepiting baik jumlah maupun ukuran menurun semenjak tahun 1990, ini sanggup dilihat di eksportir dari Jakarta, Bali, dan Surabaya yang sangat sulit mendapat ukuran diatas 1 kg.
Berdasarkan hasil kajian terkait estimasi potensi, lanjutnya, terlihat bahwa jumlah tangkapan yang diperbolehkan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya kepiting dan rajungan di 10 WPPN RI mengatakan status pemanfaatan kepiting rajungan berada pada kategori fully exploited (eksploitasi penuh) sampai over-exploited (eksploitasi berlebih).
“Kondisi inilah yang melatar belakangi terbitnya Permen KP No. 56 Tahun 2016. Makara anggapan bahwa pemerintah sengaja mematikan perjuangan kerapu masyarakat itu tidak benar, sehingga ini harus diluruskan,” ungkap Slamet dalam keterangannya di Jakarta kemarin.
“Permen KP No 56 Tahun 2016 itu tidak melarang ekspor kepiting dan rajungan namun membatasi ukuran ekspor, kondisi bertelur/tidak bertelur dan ekspresi dominan penangkapan. Pedagang dan eksportir juga umumnya sudah setuju,” lanjutnya.
Berdasarkan Data BPS (2018) tercatat rata-rata volume ekspor kepiting rajungan periode 2012 – 2017 tumbuh 0,67% per tahun, sedangkan nilai ekspor tumbuh 6,06% per tahun.
“Jadi tidak benar bila ada yang bilang ekspor kepiting anjlok 81% dan negara kehilangan devisa sebesar US$ 0,0552 miliar per tahun,” Slamet kembali meluruskan.
Slamet juga menjelaskan bahwa pengaturan pemanfaatan sumberdaya kepiting diharapkan alasannya sampai ketika ini keberhasilan pembenihan kepiting dan rajungan mengatakan tingkat kelulus hidupan / survival rate (SR) masih rendah ialah masing-masing untuk kepiting 10–20% dan rajungan 25–30%. Sedangkan ditingkat pembesaran SR untuk kepiting dan rajungan sebesar 30 – 35%.
Dengan demikian, Permen KP tersebut diharapkan untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya di alam melalui pemanfaatan sumberdaya kepiting secara lebih terukur, bertanggung jawab dan sejalan dengan prinsip perikanan berkelanjutan.
Saat ini teknologi pembenihan kepiting dikembangkan di 4 (empat) balai budidaya KKP di Maros, Takalar, Gondol, dan Jepara. Balai tersebut terus melaksanakan diseminasi teknologinya ke masyarakat. Sebagai pola BBPBAP Jepara dan BPBAP Takalar telah berhasil melaksanakan pembenihan kepiting rajungan secara massal, dan ketika ini telah berhasil dikembangkan di masyarakat Kabupaten Demak, Jepara, Tarakan, Balikpapan, Belitung, Pangkalan Susu, dan Bangka.
Kerja sama juga telah dilakukan, antara lain dengan menggandeng Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) yang beranggotakan 16 perusahaan rajungan. BBPBAP Jepara dan APRI telah berhasil melaksanakan panen massal kepiting rajungan di Jepara sebesar 250 kg (dengan ukuran panen 100 gr /ekor) dan di Kalimantan Utara kolaborasi dilakukan dengan Koperasi Mina Laut panen sebanyak 300 kg.
“Semua upaya ini telah mendapat apresiasi tinggi dari para pengusaha. Selain untuk kepentingan pengembangan perjuangan budidaya, Balai KKP juga mendorong produksi benih kepiting dan rajungan untuk kepentingan restocking di alam, dengan tujuan untuk menjaga kelestarian stok di alam. Makara bila ada anggapan bahwa teknologinya tidak disebarkan ke masyarakat, tentu itu keliru,” ucapnya.
Sebagai informasi, terkait pengembangan potensi perikanan budidaya, data KKP mengatakan bahwa dalam kurun waktu 5 - 10 tahun terakhir (tahun 2013 – 2017) produksi perikanan budidaya nasional tumbuh rata-rata per tahun sebesar 6,69%. Tahun 2017 volume produksi akuakultur tercatat sebesar 17.217.701 ton atau naik sebesar 7,59% dibanding tahun 2016.
Sementara itu, pemanfaatan lahan budidaya dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir (tahun 2012 – 2016) juga tumbuh rata-rata per tahun sebesar 1,94%. Tahun 2016 total lahan yang telah dimanfaatkan mencapai 1.198.855 hektar.
“Kita perlu bicara menurut data dan data yang ada mengatakan perikanan budidaya terus berkembang dengan memanfaatkan potensi yang ada,” tegasnya.
So.. menurut data - data yang dimiliki oleh KKP ( Kementerian Kelautan dan Perikanan ) ihwal kurangnya stok kepiting rajungan ini, apakah anda tertarik untuk mencoba membudidayakan Kepiting rajungan ini ??