Kanker Pada Anak Tak Terdiagnosis Semenjak Dini, Banyak Anak Meninggal Tanpa Menerima Perawatan
Hampir setengah bawah umur pengidap kanker di seluruh dunia, berdasarkan penelitian baru, tidak terdiagnosis semenjak awal dan tidak menerima perawatan yang baik.
Penelitian yang telah dipublikasan di jurnal Lancet Oncology tersebut memakai model komputer yang memperhitungkan faktor-faktor termasuk statistik perihal kanker dan kemungkinan bawah umur di negara tertentu mengakses layanan kesehatan, menerima rujukan, dan diagnosis yang tepat.
Dengan memakai model ini, para peneliti sanggup memperkirakan jumlah kasus kanker anak yang terdiagnosis maupun tidak terdiagnosis di 200 negara dan wilayah lain di seluruh dunia pada tahun 2015. Para peneliti juga memproyeksikan kasus tersebut dari tahun 2015 hingga 2020.
Hasilnya, model ini menawarkan ada sekitar 397 ribu kasus kanker pada anak yang berusia hingga 14 tahun di seluruh dunia pada tahun 2015. Namun, hanya 224 ribu yang terdiagnosis. Sisanya, 172 ribu atau sekitar 43 persen dari kasus kanker anak tidak terdiagnosis.
Kanker anak secara substansial kurang terdiagnosis, terutama di Asia Selatan sebesar 49 persen dan Afrika sub-Sahara sebesar 57 persen. Eropa dan Amerika Utara hanya 3 persen kasus kanker anak yang tidak terdiagnosis. Para peneliti juga menyampaikan 92 persen dari semua kasus kanker anak terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
“Artinya, banyak bawah umur yang meninggal di rumah tanpa menerima perawatan,” ucap Zachary Ward, peneliti dari Universitas Harvard dan penulis utama studi ini.
Ward juga menyampaikan banyak bawah umur yang menghadapi kesulitan mengakses layanan kesehatan dan bahkan jikalau dilihat oleh dokter, gejalanya mungkin dibingungkan dengan kondisi lain menyerupai TB dan Malaria.
Para peneliti memperkirakan akan ada 6,7 juta kasus kanker anak selama tahun 2015 hingga 2020 dan 2,9 juta dari mereka tidak terdiagnosis.
Pada kesimpulannya, para peneliti merekomendasikan semoga sistem kesehatan diperkuat untuk mendiagnosis secara sempurna dan perawatan yang efektif untuk bawah umur pengidap kanker. Baru sesudah itu pengobatan.
“Kabar baiknya, ekspansi layanan kesehatan yang telah dilakukan banyak negara akan membantu bawah umur mengakses sistem kesehatan,” ucap Ward menyerupai dikutip The Guardian. Ward juga menekankan perihal investasi dalam pendataan pengidap kanker sehingga sanggup gampang dilacak.
Namun, Ward menyampaikan penelitian ini masih mempunyai keterbatasan dimana hanya mempunyai data pendaftaran kanker untuk dua negara di Afrika Barat.
Sumber : tirto.id
Sumber https://sumber-sehat-jaya.blogspot.com/
Penelitian yang telah dipublikasan di jurnal Lancet Oncology tersebut memakai model komputer yang memperhitungkan faktor-faktor termasuk statistik perihal kanker dan kemungkinan bawah umur di negara tertentu mengakses layanan kesehatan, menerima rujukan, dan diagnosis yang tepat.
Dengan memakai model ini, para peneliti sanggup memperkirakan jumlah kasus kanker anak yang terdiagnosis maupun tidak terdiagnosis di 200 negara dan wilayah lain di seluruh dunia pada tahun 2015. Para peneliti juga memproyeksikan kasus tersebut dari tahun 2015 hingga 2020.
Hasilnya, model ini menawarkan ada sekitar 397 ribu kasus kanker pada anak yang berusia hingga 14 tahun di seluruh dunia pada tahun 2015. Namun, hanya 224 ribu yang terdiagnosis. Sisanya, 172 ribu atau sekitar 43 persen dari kasus kanker anak tidak terdiagnosis.
Kanker anak secara substansial kurang terdiagnosis, terutama di Asia Selatan sebesar 49 persen dan Afrika sub-Sahara sebesar 57 persen. Eropa dan Amerika Utara hanya 3 persen kasus kanker anak yang tidak terdiagnosis. Para peneliti juga menyampaikan 92 persen dari semua kasus kanker anak terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
“Artinya, banyak bawah umur yang meninggal di rumah tanpa menerima perawatan,” ucap Zachary Ward, peneliti dari Universitas Harvard dan penulis utama studi ini.
Ward juga menyampaikan banyak bawah umur yang menghadapi kesulitan mengakses layanan kesehatan dan bahkan jikalau dilihat oleh dokter, gejalanya mungkin dibingungkan dengan kondisi lain menyerupai TB dan Malaria.
Para peneliti memperkirakan akan ada 6,7 juta kasus kanker anak selama tahun 2015 hingga 2020 dan 2,9 juta dari mereka tidak terdiagnosis.
Pada kesimpulannya, para peneliti merekomendasikan semoga sistem kesehatan diperkuat untuk mendiagnosis secara sempurna dan perawatan yang efektif untuk bawah umur pengidap kanker. Baru sesudah itu pengobatan.
“Kabar baiknya, ekspansi layanan kesehatan yang telah dilakukan banyak negara akan membantu bawah umur mengakses sistem kesehatan,” ucap Ward menyerupai dikutip The Guardian. Ward juga menekankan perihal investasi dalam pendataan pengidap kanker sehingga sanggup gampang dilacak.
Namun, Ward menyampaikan penelitian ini masih mempunyai keterbatasan dimana hanya mempunyai data pendaftaran kanker untuk dua negara di Afrika Barat.
Sumber : tirto.id