Skip to main content

Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Merebut Irian Barat

Perjuangan Indonesia Dalam Merebut Irian Barat

Setelah Proses ratifikasi kedaulatan Indonesia masih memiliki satu permasalahan dengan Belanda yaitu masalah Irian Barat. sering terjadi di masyarakat masalah persengketaan antar saudara atau dengan tetangga yang disebabkan rebutan batas tanah. dan persengketaan itu menyebabkan kerenggangan korelasi persaudaraan maupun korelasi bertetangga, lantaran masalah tanah tidak sedikit orang mempertahankannya hingga mati.

 Perjuangan Indonesia Dalam Merebut Irian Barat Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Merebut Irian Barat


begitu juga dengan Bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan wilayah Irian Barat (Papua) ketika hendak diduduki Belanda sehabis diakuinya kedaulatan Republik Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. bangsa Indonesia harus berjuang dengan banyak sekali macam cara untuk merebut kembali Irian Barat.

Latar Bealakang Terjadinya Perjuangan Mengembalikan Irian Barat

Masih ingat kah kita perihal Konferensi Meja Bundar (KMB) yang diselenggarakan di Den Haag Belanda pada tanggal 23 Agustus hingga 2 September 1949, salah satu keputusan dalam konferensi tersebut antara lain bahwa masalah Irian Barat akan di bicarakana antara Indonesia dengan Belanda satu tahun sehabis Pengakuan Kedaulatan.

dari keputusan ini terjadi perbedaan penafsiran antara Indonesia dengan Belanda, pihak Indonesia menafsirkan bahwa Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia. tetapi pihak Belanda menafsirkan hanya akan merundingkan saja masalah Irian Barat. dalam perjalanan waktu, Belanda tidak mau membicarakan masalah Irian Barat dengan Indonesia.

Perjuangan Diplomasi : Pendekatan Diplomasi

dalam menghadapi masalah Irian Barat tersebut, Indonesia mula-mula melaksanakan upaya damai, yaitu melalui diplomasi bilateral dalam lingkungan ikatan Uni Indonesia - Belanda. akan tetapi usaha-usaha melalui meja negosiasi secara bilateral ini selalu mengalami kegagalan.

sehabis upaya tersebut tidak membawa hasil, maka semenjak tahun 1953 usaha pembebasan Irian Barat mulai dilakukan di forum-forum internasional, terutama PBB dan forum-forum solidaritas Asia-Afrika ibarat Konferensi Asia-Afrika.

semenjak tahun 1954, masalah Irian Barat ini selalu dibawa dalam program Sidang Majelis Umum PBB, namun upaya ini pun tidak memperoleh balasan yang positif. sehabis upaya-upaya diplomasi tidak mencapai hasil, maka pemerintah mengambil perilaku yang keras yaitu dengan membatalkan Uni Indonesia-Belanda dan diikuti penghapusan secara sepihak persetujuan Konferensi Meja Bundar oleh Indonesia pada tahun 1956.

partai-partai politik dan semua golongan mendukung terhadap upaya pembebasan Irian Barat ini. selain usaha merebut Irian Barat diresmikan pemerintah maka ditetapkan Soa-Siu di Tidore sebagai ibukota provinsi Irian Barat dan pada dikala itu Zainal Abidin Syah ditetapkan sebagai Gubernur pada tanggal 23 September 1956.

Perjuangan Merbut Irian Barat Dengan Konfrontasi Politik Dan Ekonomi

banyak sekali upaya yang dilakukan Indonesia tersebut hingga tahun 1957 ternyata belum membawa hasil sehingga Belanda tetap menduduki Irian Barat. lantaran jalan hening yang ditempuh belum membawa hasil maka semenjak itu perjuangkan ditingkatkan dengan melaksanakan aksi-aksi pembebasan Irian Barat diseluruh tanah air Indonesia yang dimulai dengan pengambilalihan perusahaan milik Belanda.

Perusahaan-perusahaan milik Belanda yang diambilalih oleh bangsa Indonesia pada bulan Desember 1957 tersebut antara lain Nederlandsche Handel Maatschappij N.V. (sekarang menjadi Bank Dagang Negara), Bank Escompto di Jakarta serta Perusahaan Philips dan KLM.

pada tanggal 17 Agustus 1960 Republik Indonesia secara resmi menetapkan korelasi diplomatik dengan Pemerintah Kerajaan Belanda. melihat korelasi yang tegang antara Indonesia dengan Belanda ini maka dalam Sidang Umum PBB tahun 1961 kembali maslah ini diperdebatkan.

pada waktu terjadi ketegangan Indonesia dengan Belanda, Sekretaris Jendral PBB U Thant menganjurkan kepada salah seorang diplomatik Amerika Serikat, Ellsworth Bunker untuk mengajukan seruan penyelesaiannya masalah Irian Barat.

pada bulan Maret 1962 Ellsworth Bunker mengusulkan semoga pihak Belanda menyerahkan kadaulatan Irian barat kepada Republik Indonesia yang dilakukan melalui PBB dalam waktu dua tahun. akibatnya Indonesia menyetujui seruan Bunker tersebut dengan catatan semoga waktu dua tahun itu diperpendek.

sebaliknya Pemerintahan Kerajaan Belanda tidak mau melepaskan Irian bahkan membentuk negara "Boneka" Papua. dengan perilaku Belanda tersebut, maka tindakan bangsa Indonesia dari politik konfrontasi ekonomi ditingkatan menjadi konfrontasi segala bidang.

Tri Komado Rakyat (Trikora)

tindakan Belanda dengan mendirikan negara "boneka" Papua ini merupakan perilaku yang menantang kepada bangsa Indonesia untuk bertindak cepat. oleh lantaran itu pemerintah segera mengambil tindakan guna membebaskan Irian Barat.

pada tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno dalam suatu rapat raksasa di Yogyakarta mengeluarkan komando yang populer sebagai Tri Komando Rakyat (Trikora) yang isinya sebagai berikut :

Isi Tri Komando Rakyat (Trikora)

  1. gagalkan pembentukan Negara Papua yang dibuat Belanda kolonial
  2. kibarkan Sang Merah Putih di Iriab Barat Tanah Air Indonesia
  3. bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

dengan dikeluarkannya Trikora, maka mulailah konfrontasi total terhadap Belanda dan pada bulan Januari 1962 pemerintah membentuk Komando Pembebasan Irian Barat yang berkedudukan di Makasar.

adapun kiprah pokok dari Komando Pembebasan Irian Barat ini ialah pengembangan operasi-operasi militer dengan tujuan pengembangan wilayah Irian Barat kedalam kekuasaan negara Republik Indonesia. sebagai Panglima Komando Mandala ialah Mayor Jendal Soeharto.

sebelum Komando Mandala melaksanakan operasi, sudah dilakukan penyusupan ke Irian Barat pada tanggal 15 Januari 1962. ketika waktu menawarkan pukul 21.15, diangkasa terlihat dua buah pesawat terbang pada ketinggian 3000 kaki melintasi gugusan patroli ALRI.

diperkirakan pesawat tersebut ialah milik Belanda jenis Neptune dan Firefly. dan waktu itu juga dua buah kapal perusak yang sedang melepaskan tembakan ke arah kapal Motor Torpedo Boat (MTB) yang di situ turut pula para pejabat tinggi dari Markas Besar Angkatan Laut yaitu Komodor Yos Sudarso.

dalam kejadian di Laut Aru tersebut, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Pertama (Komodor) Yos Sudarso, bersama Komandan KRI Macan Tutul, Kapten (Laut) Wiratno, dan beberapa prajurit TNI-AL gugur sebagai pahlawan. sebelum gugur Komodor Yos Sudarso sempat mengucapkan pesan terakhir " Kobarkan Semangat Pertempuran".

adapun operasi-operasi yang direncanakan Komando mandala di Irian Barat dibagi dalam 3 fase berikut ini :

1. Fase Infiltrasi (sampai simpulan 1962)

memasukkan 10 kompi kesekitar-sekitar sasaran-sasaran tertentu untuk membuat tempat bebas de facto. kesatuan-kesatuan ini harus sanggup menyebarkan penguasaan wilayah dengan membawa serta rakyat Irian barat dalam usaha fisik untuk membebaskan wilayah tersebut.

2. Fase Ekploitasi (mulai awal 1963)

mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos pertahanan musuh yang penting

3. Fase Konsolidasi (awal 1964)

menegakkan kekuasaan Republik Indonesia secara mutlak di seluruh Irian Barat.

selanjutnya antara bulan Maret hingga Agustus 1962 Komando Mandala melaksanakan operasi-operasi pendaratan, baik melalui maritim maupun udara. beberapa operasi tersebut ialah Operasi Banteng di Fak-Fak dan Kaimana. Operasi Srigala disekitar Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di Merauke, serta Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana dan Merauke. selain itu juga direncanakan serangan terbuka merebut Irian Barat dengan Operasi Jaya Wijaya.

Persetujuan New York

pada awalnya, Belanda tidak yakin pasukan Indonesia sanggup masuk ke wilayah Irian. akan tetapi operasi-operasi yang dilakukan Pasukan Komando Mandala ternyata berhasil terbukti dengan jatuhnya Teminabuan ke tangan Pasukan Indonesia.

sementara itu, Pemerintah Kerajaan Belanda sedikit banyak mendapat tekanan dari pihak Amerika Serikat untuk berunding, lantaran untuk mencegah terseretnya Uni Soviet dan Amerika Serikat ke dalam konfrontasi.

dengan adanya planning Bunker diatas, perilaku Indonesia ialah menerimanya. hal ini tenyata menambah simpati dunia terhadap Republik Indonesia, sebaliknya, Belanda bersikukuh mempertahankan Irian Barat.

oleh lantaran itu pada tanggal 14 agustus 1962, Republik Indonesia melaksanakan operasi besar-besaran yang populer sebagai Operasi Jayawijaya. tanggal penyerbuan ini ditetapkan sebagai "Hari H" atau Hari Penyerbuan.

pada tanggal 15 agustus 1962, ditandatangani suatu perjanjian antara Indonesia dengan Pemerintah Belanda di New York, bertempat di Markas Besar PBB. perjanjian ini populer dengan Perjanjian New York. dan isi perjanjian New York ialah sebagai berikut :

Isi Perjanjian New York

1. Pemerintah Belanda akan menyerahkan Irian Barat kepada Penguasa Pelaksana Sementara PBB (UNTEA = United Nations Temporary Executive Authority) pada tanggal 1 Oktober 1962.

2. pada tanggal 1 Oktober 1962, bendera PBB akan berkibar di Irian Barat berdampingan dengan Bendera Belanda, yang selanjutnya akan diturunkan pada tanggal 31 Desember untuk dgantikan oleh bendera Indonesia berdampingan dengan bendera PBB.

3. Pemerintah UNTEA berakhir pada tanggal 1 Mei 1963, Pemerintah selanjutnya diserahkan kepada pihak Indonesia.

4. pemulangan orang-orang sipil dan militer Belanda harus sudah selesai pada tanggal 1 Mei 1963.

5. pada tahun 1969, rakyat Irian Barat diberi kesempatan untuk menyatakan pendapatnya tetap dalam wilayah Republik Indonesai atau memisahkan diri dari Republik Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera).

selanjutnya untuk menjamin keamanan di Irian Barat, maka dibuat suatu pasukan keamanan PBB yang dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah pimpinan Brigadir Jendral Said Uddin Khan dari Pakistan.

pekerjaan UNTEA dibawah pimpinan Jalal Abdoh dari Irian juga berjalan dengan lancar, sehingga sempurna tanggal 1 Mei 1963 roda Pemerintahan Republik Indonesai sudah berjalan. sebagai Gubernur Irian Barat pertama, maka diangkatlah E. J . Bonay, seorang putera orisinil dari Irian Barat.

disamping nama-nama Soeharto, Sudarso dan lain-lain yang berjasa dalam pembebasan Irian Barat juga tercatat dalam sejarah nama-nama ibarat Kolonel Sudomo, Kolonel Udara Leo Watimena, dan Mayor L.B. Moerdani.

dan pantas pula untuk dikenang adalah, sukarelawati yang gigih berjuang dalam pembebasan Irian Barat yaitu Herlina.

dengan ditandatanganinya Perjanjian New york, maka pada tanggal 1 Mei 1963, Irian Barat diserahkan kepada Indonesia. korelasi diplomatik dengan Belanda pun segera dibuka kembali. dengan kembalinya Irian Barat kepada Indonesia, maka Komando Mandala yang bertugas menjaga keamanan dalam penyerahan kekuasaan pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA kepada Indonesia.

penyelesaian sengketa masalah Irian Barat antara Indonesia dengan Belanda melalui persetujuan New York dandilanjutkan dengan penentuan pendapat rakyat (Pepera), merupakan cara yang adil. dalam duduk kasus Pepera (penentuan pendapat rakyat = plebisit) berdasarkan Persetujuan New York, pihak Belanda juga menawarkan perilaku yang baik. kedua belah pihak menghormati hasil dari pendapa rakyat Irian Barat dalam memilih pilihannya.

hasil dari pepera yang menetapkan secara bundar bahwa Irian Barat tetap merupakan pecahan dari Republik Indonesia. hasil pepera ini membuka jalan bagi persahabatan republik Indonesia dengan Belanda. dan akibatnya sidang umum PBB tanggal 19 November 1969 menyetujui hasil-hasil pepera tersebut sehingga Irian Barat tetap merupakan pecahan dari wilayah Republik Indonesia.
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar