Skip to main content

Stop Introduksi Ikan Toman Orisinil Indonesia

IKAN TOMAN MULAI MENDOMINASI DI PERAIRAN PULAU JAWA ???


IKAN TOMAN MULAI MENDOMINASI DI PERAIRAN PULAU JAWA  STOP INTRODUKSI IKAN TOMAN ASLI INDONESIA

Masih di tengah ‘ruwetnya’ arus balik, para sahabat dari pesisir utara Pulau Jawa lainnya juga memberi kabar terkait ikan jenis Channa. Namun bukanlah wacana penebaran toman, akan tetapi matinya ikan-ikan jenis pemangsa di Waduk Cacaban. Cacaban ialah waduk / bendungan yang terletak di Kecamatan Kedungbanteng, Tegal, Jawa Tengah. Ikan yang mati, entah apa penyebabnya meski berpengaruh dugaan ialah alasannya ialah terjadi aktifitas penangkapan ikan dengan memakai racun ikan, kebanyakan ialah jenis Channa striata (gabus). Tetapi kemudian mereka melanjutkan bahwa ada spesies Channa micropeltes juga yang mati. Saya kurang yakin dengan gosip ini alasannya ialah di foto-foto yang dikirimkan kepada saya ikan-ikan tersebut kondisi tubuhnya sudah sangat rusak. Ada satu ekor yang saya amati mempunyai sirip atas yang cukup lebar dan kemungkinan ini ialah ikan jenis Channa micropeltes atau yang dikatakan dengan toman tersebut. Bisa jadi memang toman, bisa jadi bukan. Pertanyaannya kemudian kalau memang itu ialah ikan toman, darimana ikan ini berasal? Karena Waduk Cacaban bukanlah habitat orisinil ikan jenis ini.

Baca Juga : Panduan budidaya ikan gabus / kutuk untuk PEMULA
Tidak hanya di Waduk Cacaban saja sebenarnya, setahu saya semenjak saya mengenal dunia sportfishing di negeri ini, mulai tahun 2007 di Majalah Mancing, saya belum pernah mendapatkan infromasi bahwa spesies ikan toman ialah spesies orisinil yang mendiami perairan umum di Pulau Jawa. Saya kemudian teringat keterangan seorang tukang bahtera di Waduk Cirata, Jawa Barat, ketika pada bulan April kemudian berada di waduk ini. Waduk Cirata ketika ini ialah perairan umum yang bisa jadi ialah salah satu lokasi budidaya ikan air tawar terbesar di Pulau Jawa. Waduk yang dibangun dengan membendung DAS Citarum ini setahu saya juga bukanlah habitat orisinil ikan jenis Channa micropeltes. Akan tetapi, entah kapan tepatnya, semenjak tahun 2012 perubahan besar terjadi dengan “jebolnya keramba budidaya yang rupanya diam-diam membudidayakan ikan jenis apex predator ini. Informasi dari para sahabat pemancing di selatan Jakarta yang saya temui lebih menggelisahkan. Bahwa semenjak 2012an telah ada yang melaksanakan penebaran ikan toman secara diam-diam ke perairan Cirata.

Baca Juga : Analisa modal dan Keuntungan budidaya ikan gabus / kutuk
Nyatanya sekarang Cirata ialah toman fishing ground yang paling sibuk di Pulau Jawa ini. Banyak sekali trip casting digelar ke perairan ini dan entah sudah berapa ratus ataupun ribu ekor ikan toman menghiasi media umum dengan senyum khas pemancing yang selalu berbahagia ketika memamerkan hasil strike mereka. Sebagian besar lupa bahwa toman bukanlah ikan orisinil DAS Citarum. Yang penting happy. Yang penting strike. Karena sebagai pemancing sport di pulau ini, sudah cukup kalau hanya mewarnai hidupnya dengan dua hal itu saja?Lho Om, kita memutar perekonomian masyarakat lho dengan memancing kesana? Betul! Tetapi tidak hanya toman yang bisa memutar perekonomian sebuah daerah. Masih banyak spesies lainnya yang bisa memutar perekonomian sebuah tempat. Bahkan kalau hanya memutar perekonomian, mungkin bisa dilihat di Cianjur, Jawa Barat. Bagaimana ikan orisinil Cianjur berukuran mini yang berjulukan beunteur memutar perekonomian yang bahkan berskala luas! Yang saya bicarakan ialah “stop introduksi ikan toman”, yakni memasukkan spesies gres berjulukan Channa micropeltes ke sebuah habitat yang bukan aslinya dan ini tentunya wacana perairan umum. Dan saya berbicara bulan Juli 2017 untuk seluruh perairan umum di Pulau Jawa. Siapa yang mengkritisi sampeyan memancing ikan toman di Cirata?! Ataukah alasannya ialah sampeyan yang menebarnya kesana di tahun-tahun 2011-2012 menyerupai diceritakan masyarakat itukah? Kog sudah ‘gas’ tinggi saja kalau berbicara? Suasana di seberang tetiba menjadi sunyi.

Wild Water Indonesia Menentang 

Introduksi Yang Tidak Sehat

Semuanya bermula pada tanggal 4 Juli 2017, dilandasi kegelisahan melihat aktifitas restocking ikan toman yang terus berlanjut dan info terakhir juga telah terjadi di perairan umum sekitar Yogyakarta, bersama beberapa sahabat Wild Water Indonesia saya kemudian merancang campaign biar acara restocking ikan jenis apex predator ini dihentikan. Harapan kami ialah kawan-kawan memahami bahwa perairan umum ialah milik semua orang, yang mana tentunya sikap kita juga harus memperhitungkan kepentingan banyak orang dan bukan hanya kepentingan diri sendiri dan atau komunitasnya saja. Dan lebih jauh lagi bahwa melaksanakan restocking ikan itu ada aturan-aturannya, jadi tidak bisa sembarangan begitu jaga. Karena kita hidup di tahun 2017, di sebuah Negara berjulukan Republik Indonesia. Yang meski negeri ini carut marut, masih bisa ‘menelurkan’ aliran wacana bagaimana restocking ikan ini seharusnya dilakukan.

Baca Juga : Potensi budidaya ikan air tawar yang menggiurkan
Campaign ini kemudian kami publikasi tidak usang kemudian melalui media umum (bentuknya berupa poster kecil yang cukup bagus tetapi tegas). Dan kemudian dimulailah debat nasional membahas ikan toman ini hingga lebih dari satu ahad lamanya. Ada yang sehat, ada yang asal njeplak. Ada yang terus menampilkan kedewasaan, ada yang selalu nyinyir. Ada yang melaksanakan diskusi dengan membawa hasil-hasil kajian ilmu pengetahuan dan science, ada yang membawa “katanya-katanya”. Ada yang tetap di jalur diskusi wacana introduksi, ada yang terus berusaha membelokkan diskusi dan bahkan berusaha melaksanakan character assassin kepada saya (meski dilakukannya di timeline sendiri). Ada yang memakai sebuah “titik” untuk mengeneralisasi seluruh wilayah.
Ada yang memakai seratus tahun lebih yang kemudian sebagai pembenaran cara berfikir dan tindakan pada hari ini. Ada yang bahkan bisa menyampaikan bahwa telaga di sebelah rumahnya awalnya tidak mempunyai ikan sama sekali. Ada yang menyampaikan bahwa ini seni administrasi saya biar menjadi artis (kalau ini sudah dari dulu, artis di belakang layar). Ada yang menyampaikan untuk menaikkan rating (dikira saya sebuah tayangan di televisi?). Ada yang menyampaikan ini seni administrasi saya mempromosikan Batanta Lures biar laris (keluar dari verbal pemancing pebisnis yang melihat saya sedang bersiap memulai perjuangan kecil-kecilan berjulukan Batanta Lures). Ada yang mengaku sedang mengigau tetapi kemudian banyak sekali menguji pemahaman saya dengan berkomentar di timeline? Ada yang mengakhiri diskusi dengan mengundang saya ke wilayahnya tetapi kemudian di sana ternyata menyebutkan nama saya sebagai alasan dibatalkannya suatu acara yang seharusnya menjadi berkah konservasi perairan jangka panjang yang adil untuk semua insan dan spesies ikan orisinil (bukan hanya pemancing) di tempat sekitarnya?
Ada juga yang kemudian menghubungi kepada saya dan menyatakan simpati telah berani menyuarakan kritik yang mengandung resiko sangat besar ditinggalkan dan dibenci banyak sekali pemancing sport di Pulau Jawa ini. Hal yang saya jawab dengan terimakasih dan juga bahwa saya telah melalui banyak sekali resiko besar semenjak gencar melaksanakan kampanye perairan ini. Ada yang menghubungi saya dan memberikan legalisasi dosanya alasannya ialah pernah ikut serta melaksanakan restocking ikan toman secara diam-diam ke danau di tempat mereka di pulau ini. Orang-orang menyerupai ini yang ternyata juga ialah kawan-kawan mancing semua semenjak dahulu kala, mengundang kagum saya. Perbedaan tidak menimbulkan kita menjadi saling mencibir dan merendahkan tetapi bagaimana caranya bersama-sama mencapai kesalingmengertian yang lebih tinggi. Ada yang hingga detik goresan pena ini dibentuk seminggu kemudian tetap tidak mau mengerti bahwa apa yang beliau lakukan dengan tebar ikan toman yang tidak sesuai hukum itu sebagai satu-satunya kebenaran. Ada yang bahkan hingga detik ini tidak mengerti sama sekali apa arti “introduksi”, “restocking” dan “native fish”. Ada yang bahkan tidak bisa mendapatkan kesalahannya melaksanakan tebar ikan toman sembarangan dengan tidak mengindahkan aliran yang dibentuk forum negaranya sendiri (yang dibentuk oleh para ahli), dengan mencari pembenaran ke tahun 1831 pada masa yang kita tidak tahu apa-apa dan bagaimana penelitian dilakukan Cuvier waktu itu.

Baca Juga : Cara membedakan jenis kelamin jantan dan betika ikan gabus / kutuk
Begitu banyaknya tumpuan bertebaran di internet dari sumber yang tidak bisa dianggap sembarangan tidak diindahkan untuk memperkaya pengetahuan? Memiliki mata dan kemampuan membaca dan mencari sumber informasi, tetapi semuanya kalah oleh alasannya ialah satu kata, ego! Karena ego di dominan pemancing di negeri ini ialah nomer satu dan harus dijunjung tinggi. Tidak apa-apa otak tumpul tetapi asalkan keren, mancing terus, strike terus, angkat ikan terus. Tidak peduli perairan mereka sendiri didera illegal fishing dan juga limbah. Yang pentingmemancing dan ngangkat ikan! Ada yang menyuruh saya fokus saja pada ‘melawan’ illegal fishing daripada anti introduksi ikan toman di Pulau Jawa. Saran yang sangat baik dan saya jawab dari dulu sudah Pak hingga hari ini, Anda kapan? Sunyi, selalu tidak ada jawaban.
Begitulah dunia, begitu banyak orang berakal berbicara tetapi sangat sedikit yang berbuat?! Dan terkadang meskipun itu hanya untuk melaksanakan hal-hal sederhana yang beliau ucapkan sendiri? Ironis memang! Sebegitu sibuknya debat nasional toman ini sampai-sampai seseorang yang begitu bersahabat dengan saya bertanya. What are you doing exactly? Sorry amore, I have new job as call center toman!
Sebuah peta digital distribusi ikan toman yang dikeluarkan oleh Allen Benziger cs lebih mengejutkan. Bahwa distribusi ikan predator ini di Pulau Jawa telah tersebar dari Jawa Barat hingga Jawa Tengah. Kata distribusi ini menarik, alasannya ialah menyatakan menyerupai apa sebaran ikan toman ini menurut peta tahun 2011 ini. Tetapi kalau dibaca dalam bahasa “pasar”, distribusi ini menyerupai menyampaikan hal yang bahu-membahu alasannya ialah pendistribusian (dalam konteks berdagang) benih-benih ikan toman tersebut tampaknya memang awalnya berasal dari arah Barat, menyeberang Selat Sunda, kemudian diperdagangkan dan menyebar ke banyak sekali penjuru Jawa Barat, dan ketika ini posisinya sudah mulai merambah Jawa Tengah (untuk tempat ini kabarnya banyak yang didatangkan dari beberapa tempat di Kalimantan). Semoga tidak hingga di Jawa Timur !!!
Tetapi siapa bisa menghadang begitu banyak ego dan harapan untuk bersenang-senang dari para pemancing yang hanya mempunyai harapan yang sederhana saja dalam hidupnya? Pokoke ngangkat ikan predator! Dari pada jauh-jauh dan mahal-mahal keluar biaya mancing ke Kalimantan dan Sumatera, ya mending tebar saja di danau sungai dan selokan sekitar rumah sendiri, tidak usang kemudian bisa dinikmati?! Tinggal ‘dibalut’ dengan memutar perekonomian setempat, memperkaya keberagaman ikan di lokasi setempat (duh….?!) dan lain sebagainya, selesai?! Pokoke asyik !!!
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar